Freitag, 5. Mai 2017

DRAMA SANNA

Jam tanganku menunjukkan pukul 17.08 CET. Malam datang begitu cepat, mentari hadir begitu singkat. Sudah saatnya aku kembali ke asrama. Perlahan aku melangkahkan kaki di atas jalan setapak menuju Studentenwohnheim. Hawa musim dingin, suara angin yang perlahan meneteskan air dari dahan pohon, butiran salju yang menutupi hamparan permukaan bumi, entah mengapa menjadi pelengkap episode kehidupanku hari ini.
Aku menatap langit yang bertabur bintang lekat-lekat. Sekawanan bintang di musim dingin yang indah sekali. Mereka juga ditemani cahaya bulan yang seakan-akan ingin menghangatkan diriku dari dinginnya malam. Pemandangan dan suasana malam kali ini membuatku tak mengerti mengapa air mata begitu saja membasahi pipi. Aku pun heran dengan hati yang sedaritadi berkecamuk rindu dengan sesuatu yang belum bisa kujumpai.
“Astaghfirullah.. allahumma salli ala muhammad wa aali muhammad..“, ucapku dalam hati.
Kunjungan ke rumah sakit hari ini benar-benar membuatku banyak belajar tentang makna kata syukur. Aku bersyukur karena Allah swt masih memberiku nikmat sehat sampai detik ini. Dan aku juga bersyukur karena Allah swt memberiku nikmat iman islam yang tak tertandingi dengan apapun, baik itu materi ataupun non-materi termahal sejagad raya sekalipun.
Tak hanya itu. Dari sikap Pras di Rumah sakit hari ini juga membuatku sungguh takjub dan kembali belajar. Perbuatannya mengingatkanku pada akhlak Rasulullah saw. Meskipun dihina, dicaci, dibenci, namun akhlak terpuji bagindalah yang menjadi wasilah pelunak hati.
Langkahku terhenti. Dari kejauhan ada suara Adi memanggilku.
“Sanna!!! Warte!!!“, terdengar suara yang sedikit terengah-engah memanggil dan sukses mengalihkan lamunanku. Langsung kuusap pipiku yang basah dengan sigap.
“Kenapa di? sepertinya ada hal penting sekali yang ingin kau sampaikan“
Ja!!... Stimmt!!...“, jawab Adi sambil perlahan mengatur nafasnya.
“Saann, kamu kenal Laudya kan?!“
“Ya, aku mengenalnya. Ada apa dengan dia?“, nada bicaraku berubah sedikit khawatir.
“hmmm jadi gini San.. kamu kann dekat dengan Laudya. Tolonglah kamu nasihati dia untuk menjaga tingkahnya dihadapan Pras.“
“hah? Apa maksudmu? Aku tak mengerti“
“Laudya menyukai Pras, dan dia pagi ini datang ke kamar Pras menyatakan perasaannya. Inti yang ingin aku sampaikan adalah tolong kamu dekati dan nasihati dia. Udah itu aja. Permisi Sanna. Aku ada Termin lagi. Wassalamu’alaykum“.
Adi pergi begitu saja dengan sedikit berlari dan muka agak kebingungan. Sepertinya ia harus segera mengejar bus di halte dekat gedung asramaku. Memang bus tersebut datang hanya setengah jam sekali, jadi apabila terlewat satu menit saja dari jadwal kedatangan bus, maka harus menunggu setengah jam lagi. Budaya yang begitu menghargai waktu dan betapa teraturnya negara ini.

****

Sesampainya di kamar asrama, aku bergegas mengambil air wudhu untuk segera menunaikan solat maghrib dan solat sunnah pengiringnya. Tak lupa pula setelah selesai solat ku tenangkan jiwa dengan membaca beberapa penggal ayat suci Al-Qur’an. Aku hanyut dalam lantunan ayat-ayat suci ini. Sampai aku tiba di sebuah ayat...

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.“ (Q.S. Al-Qasas: 56)

            Air mata kembali membasahi pipiku. Kali ini aku teringat pada cerita Adi saat di perjalanan pulang tadi. Pikiranku melayang jauh memikirkan Laudya. Laudya si gadis blesteran cantik yang sangat baik, ramah, ringan tangan, dan cerdas. Semangatnya untuk memperbaiki diri sungguh luar biasa. Namun hidayah islam itu memang belum juga diraihnya. Dan aku pun baru tahu ternyata Laudya menyukai Pras. Sosok kharismatik, ketua perhimpunan mahasiswa sekaligus salah satu imam masjid Al-Falah. Mungkin kisah ini yang kemarin aku lewatkan.

****

“San, bolehkah aku ke rumahmu? Ada yang ingin aku ceritakan“, terdengar suara Laudya jauh di sebrang handphone sana.
Gerne!. Pintu kamarku selalu terbuka untukmu. Kapanpun itu“. Jawab Sanna singkat.
bis gleich Sanna!“.tut.. tut.. tut.. sambungan pun terhenti
Tak kurang dari setengah jam Laudya telah tiba di depan gedung asrama Sanna.
“teeeeeeet“. Suara bel pintu asrama gedung yang annoying tersebut membuat Laudya sedikit kaget.
“Laudya ya?“, suara Sanna muncul di lubang-lubang kecil yang dekat dengan bel pintu utama gedung.
Ja..“
“teeeeeeeeeeeeeeeeeeeet“ suara ini menandakan Sanna sedang memencet salah satu tombol di dalam kamarnya agar pintu utama gedung secara otomatis terbuka.

****

“Laudya, ada apa denganmu? Kenapa kamu menangis?“, Sanna segera menutup pintu kamarnya dan berusaha mengusap pipi Laudya.
“San aku perlu cerita kepadamu. Aku ingin sekali memeluk islam san. Aku telah mempelajarinya. Aku pun percaya Allah itu satu. Dan aku sudah lama tidak minum alkohol. Aku baca pula terjemahan Al-Qur’an. Beberapa kali aku juga telah mencoba praktik sholat. Tapiii....“
“Tapi kenapa???“, tanya Sanna tak sabar
“Keluargaku tak menyetujuinya, apalagi ibuku, dia sangat marah ketika mengetahui keinginanku“, tangis Laudya pun pecah.
“Kamu harus sabar Laudya. Setiap perubahan itu tidak mudah, pasti ada saja cobaan yang mesti dilalui. Kamu harus kuat. Pelan-pelan saja dalam memberitahu keluargamu, terus berakhlak baik di hadapan mereka. Dan berdoalah kepada Allah swt. karena Dia lah yang membolak-balikkan hati.“
“Tapiii Sanna... aku juga belum siap untuk menjalankan berbagai kewajiban dalam agama islam. Ada hal lain yang mengusik batinku. seseorang yang membuatku setiap malam memikirkannya. Sebenarnya hal inilah yang penting dan ingin aku ceritakan. Aku ingin bertanya pendapatmu.“ Tatapan Laudya begitu lekat pada Sanna. Bagai berharap bertemu fatamorgana di tengah gurun pasir yang tandus.
“Apa itu Laudya? Sampaikanlah. Ceritakanlah...“

teng teng tereteng teng“, suara handphone Laudya tiba-tiba berdering membuyarkan fokus kedua insan berparas cantik tersebut.
“Sanna aku harus pergi sekarang. Ibu marah besar karena mengetahui aku menemui teman muslimku. Nanti kalau alles in ordung izinkan aku kembali kesini yaa San.. danke schön Sanna.. Tschüß..“. Tiba-tiba Laudya pergi begitu saja sambil tak lupa mencium pipi kiri pipi kanan Sanna sebagai tanda perpisahan.
“semoga semua baik-baik saja Laudya. Kamu juga bisa langsung meneleponku kapanpun kamu perlukan“, balas Sanna sambil bersiap menutup pintu kamarnya mengiringi kepergian Laudya.

****

 “dreeet dreet dreet

Handphoneku bergetar memecah lamunan tentang Laudya. Ku tutup Qur’anku dan ku gapai Handphone yang ada di meja belajar. Ada whatsapp ternyata dari Adi. Setelah kubuka ternyata isinya sebuah pesan yang berbunyi.
“Assalamu’alaykum Sanna. Ini aku Adi. Sebenarnya ada hal lain yang tadi belum sempat aku sampaikan. Aku bingung mengatakannya. Jadi aku berfikir untuk menyampaikannya melalui pesan ini. Aku hanya ingin kamu mengetahui bahwa aku menyukaimu dan aku ingin serius denganmu. Siapa yang harus aku hubungi jika ingin berkenalan lebih lanjut denganmu Sanna?. Semoga kamu tidak salah paham denganku.“
“kenapa Adi seperti orang yang berubah 180 derajat begini, kemana Adi yang selama ini kulihat ceplas-ceplos, cengangas cengenges, sungguh seperti bukan Adi.“, aku menggeleng-gelengkan kepala.
“kok bisa Adi suka sama aku? duuuh bales apa yaa.. Kenapa Adi jadi kaku gini sii??“, banyak pertanyaan muncul dalam benakku.


Berlin, 5. Mei 2017


#Menalifiksi adalah sebuah antologi cerita pendek karya anggota Forum Lingkar Pena Jerman. Ini adalah cerita pertama atau yang kami sebut simpul pertama.
#Menalifiksi FLP Jerman simpul pertama
1. Wanna - mencari arah
https://satriawannambaputra.wordpress.com/2016/12/18/mencari-arah-menalifiksi-simpul-1-ep-1/
2. Najla - sepotong masa lalu
http://najlamuzaffari.tumblr.com/post/155017066500/menali-fiksi-2-sepotong-masa-lalu
3. Irin - awal perubahan
https://irinshabrina.tumblr.com/post/155267201452/awal-perubahan-menali-fiksi
4. Gilang - ikan asin nutella
http://gilangkazuyashimurajuliansyah.tumblr.com/post/155541635947/ikan-asin-nutella
5. Dimas - Yang Dipertemukan dan Yang Kembali
https://dimaskurniap.wordpress.com/2017/01/11/yang-dipertemukan-dan-yang-kembali/
6. Irfan - Segi Empat 5cm
http://ceritauntukanakcucu.blogspot.de/2017/01/segi-empat-5cm.html
7. Dzaif
https://www.facebook.com/notes/hudzaifah-muhibullah/tertawan-etika/10154342450007992 

Samstag, 29. Oktober 2016

UMROH RAMADHAN YANG MENJADI NYATA

Tawaf yang paling berkesan adalah tawaf perjumpaan dan
Tawaf yang paling mengharukan ialah tawaf perpisahan
@rizkachab

Assalamu’alaykum semuanyaaaaah.. Apa kabar iman kita hari ini? Semoga senantiasa bertambah setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detiknya yaa.. Dan semoga kita pun diwafatkan dalam kondisi keimanan terbaik. Aamiin yaa Rabb




“Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan islam, akhirilah hidup kami dengan membawa iman, akhirilah hidup kami dengan husnul khotimah”



Di malam minggu kali ini aku akan mencoba menulis sebuah pengalaman yang semoga bisa bermanfaat untuk kita semua.
Berikut ini adalah kisah tentang sebuah keyakinan. Keyakinan akan perjalanan spiritual yang mungkin setiap orang bisa saja mengalaminya.
Berawal dari pergantian tahun 2015 menuju 2016 lalu, dengan rasa optimis sambil mengucap lafazh basmalah aku mencoba menuliskan 7 resolusi besar untuk tahun 2016 ini. Satu diantaranya adalah berangkat ke Baitullah untuk melaksanakan ibadah umroh. Setelah menulis dengan seksama, tak lupa pula aku mengirimkan 7 Resolusi tersebut kepada kedua orangtua agar mereka senantiasa mendoakan dan meridhoi segala sesuatu yang ku inginkan.
Tibalah waktu disaat aku berbincang jarak jauh melalui video call dengan mereka. Obrolan utama yang dibahas tak lain dan tak bukan adalah ke-7 resolusi tersebut. Dan ternyata dari ketujuh resolusi tersebut, mama mempertanyakan niatanku untuk umroh di tahun 2016. Sebuah pertanyaan yang biasanya sangat lazim ditanyakan oleh banyak orang yaitu masalah biaya.
“Cha, ini berangkat umroh memang ada duitnya nak?“, terdengar suara mamaku di sebrang sana.
“belum ada sii ma, doa dulu aja atulah sama Allah, kan Allah swt Maha Kaya, Maha Pemberi, hehe,“ jawabku awal tahun lalu.
“Kalaupun ada mending duitnya buat perpanjang visa Icha aja nak tahun depannya daripada buat Umroh, kan kemarin udah“, mama pun memberikan saran dengan suara mantap kepadaku.
“Oiyaa yaa ma ada perpanjang visa hehe, tapi kan ma Umroh itu bukan soal uang ma, kalau Allah swt yang mengundang kan inshaaAllah Allah swt yang memampukan, bukan begitu ibundo? hehe“, aku pun dengan mantap memberikan argumentasi yang pernah sama-sama aku dan mama yakini ketika berangkat umroh di akhir tahun 2013 lalu. Jikalau Allah swt yang mengundang, inshaaAllah Allah swt pula yang memampukan. InshaaAllah. Tak lama topik pun berganti. Mama kemudian membahas resolusi-resolusiku yang lainnya.
            Tumpukan waktu yang ada pada diriku terus berjalan, sepanjang perjalanan tak lupa kuselipkan doa untuk resolusiku tersebut. Waktu-waktu mustajab berdoa pun menjadi incaran dalam perjalanan panjang ini. Segala sesuatu yang diniatkan, diusahakan, dan senantiasa didoakan, selama itu mengandung kebaikan, InshaaAllah.. Allah swt akan membantu dan memudahkan.
            Berbicara tentang resolusi umroh ini, awalnya aku berencana untuk melakukannya diakhir tahun 2016. Salah satu pertimbangannya memang kendala realistis yaitu finansial yang belum mencukupi. Oleh karena itu, summer holiday pun telah kurencanakan untuk kerja rodi. Namun ternyata skenario Allah swt berkata lain.
            Sekitar bulan Sya’ban 1437 H tepatnya tanggal 16 Mei 2016 lalu, seorang teman di Berlin memberikan pesan singkat via whatsapp kepadaku. Isinya kurang lebih beliau mengajakku untuk melaksanakan ibadah umroh selama bulan Ramadhan. Aku pun dengan sigap langsung membalasnya dengan ungkapan “mau ikuuuuuuuuut“.
Setelah terkirim, ungkapan “mau ikut“ tersebut kembali kupikirkan matang-matang. Karena pada awalnya aku berfikir untuk melaksanakan umroh di akhir tahun dengan berbagai rencana yang telah dipersiapkan. Akan tetapi ajakan umroh di Bulan Ramadhan tersebut benar-benar mencuri perhatianku. Aku pun tak kuasa menolaknya, karena tentu hal ini akan menjadi pengalaman yang sangat berkesan dalam sejarah kehidupanku.
Setelah dipertimbangkan secara seksama, aku pun mendapatkan sebuah kesimpulan. Jika aku melaksanakan umroh di akhir tahun 2016, maka ternyata hasilnya sangatlah tidak realistis. Karena salah satu syarat keberangkatan Umroh dari Jerman adalah memiliki masa berlaku visa minimal 6 bulan, untuk haji minimal 1 tahun. Nah sedangkan visaku akan berakhir di bulan April 2017. Itu berarti sangatlah tidak mungkin jika melaksanakan umroh di bulan Desember 2016, benakku dalam hati.
Di tengah malam yang syahdu, aku pun menuliskan harapanku pada sebuah buku. Di dalamnya kutuliskan pula target-target Ramadhan yang ingin sekali kucapai. Salah satu target tersebut tentunya adalah melaksanakan ibadah Umroh. Berharap Allah swt mengabulkan doa-doaku malam itu.
Singkat cerita, niat telah dibulatkan, doa telah dikumandangkan, usahapun telah dilakukan. Salah satu usaha yang ku lakukan sebelumnya adalah bekerja sampingan di salah satu tempat di kota Halle (Saale) yang menangani para pengungsi Suriah. Alhamdulillah tabungan gaji dari sana kuberikan kepada travel yang akan memberangkatkanku. Nominalnya sekitar 350€, itu berarti masih ada 1500€ lagi yang belum terbayarkan.
Meski teman yang pada awalnya mengajakku berangkat umroh tak jadi ikut, dikarenakan paket Umroh full Ramadhan ternyata telah habis, namun semangatku tetaplah sama. Bagiku dapat melaksanakan ibadah umroh di 10 hari terakhir Bulan Ramadhan saja udah Alhamdulillah pisan. Akhirnya dengan izin kedua orangtuaku, aku pun mendaftarkan diri untuk perjalanan Umroh Ramadhan dari tanggal 22 Juni-9 Juli 2016. Total biaya 1850€. Uang yang telah dibayar 350€. Sisanya??? Nanti aja deh, pikirku dalam hati. Karena uangnya benar benar belum ada kala itu.
Sekitar kurang dari dua minggu ternyata travel umroh tersebut mengabariku via telfon bahwa visaku telah jadi, tiket pesawat telah dibeli, dan aku telah terdaftar menjadi salah satu rombongan umrohnya, dan ia pun menanyakan kapan sisa uangnya akan dibayarkan. Agak kaget sebenernya. Kok bisa secepat itu pihak travel melakukan semuanya. Padahal ada sedikit terbersit dalam hati, jika uangnya belum ada yaa mungkin belum rezekiku untuk berangkat.
Namun ketidakyakinan yang ada dalam hatiku segera kusingkirkan. Sama seperti yang kusampaikan kepada pihak travel kala itu. Aku menyampaikan kepada mereka bahwasanya inshaaAllah aku akan berangkat, karena aku ingin sekali berangkat. Meski uangnya belum ada, inshaaAllah aku akan berangkat. Lalu aku pun meminta doa pihak travel tersebut agar aku bisa ikut berangkat bersama mereka tanggal 22 juni 2016 tersebut.
Semenjak pihak travel mengabarkan tentang visa dan tiket pesawatku yang telah selesai, tepatnya di tanggal 10 Juni 2016 tersebut, sejak saat itu pula aku sangat harap harap cemas dalam berdoa. Antara ingin sekali berangkat, namun sisa uangnya belum ada. Antara mau mundur, tapi semuanya udah dibayar. Karena udah dibayar, berarti sisa uangnya harus dilunasin. Mau dilunasin, tapi uangnya belum ada. Eaaa balik lagi ke problematika awal. lieur kan yaa.. yaa begitulah kira-kira kekalutanku di awal-awal Ramadhan kemarin.
            Pasca 10 Juni 2016 tersebut banyak hal yang kulakukan agar bisa melaksanakan umroh di 10 hari terakhir Bulan Ramadhan. Semua hal tersebut kukaitkan kepada Allah swt yang Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Pemberi, Maha Kaya, Maha Kuasa atas segala hal, dan ke-Maha-an lainnya. Aku yakin bahwa Allah swt maha mendengar segala doa-doaku di kala berbuka, terawih, dan di saat-saat cemas lainnya.

“Dan apabila hamba-hamba-KU bertanya kepadamu tentang AKU, maka jawablah, bahwasanya AKU adalah dekat. AKU mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-KU, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-KU dan hendaklah mereka beriman kepada-KU, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Fushilat: 30)

            Hari demi hari berganti. Ramadhan yang baru saja datang seakan secara perlahan cepat sekali ingin pergi. Tak terasa sudah setengah bulan Ramadhan kulalui. Itu tandanya waktuku tinggal H-3 sebelum keberangkatan ke Tanah Suci, namun satu pun barang belum ada yang kumasukkan ke dalam koper untuk disusun rapi. Karena kala itu aku benar-benar berada di puncak pertanyaan, mungkinkah saya akan menunaikan ibadah umroh di Ramadhan tahun ini? Intinya adalah galau segalau galaunya hati.

Mintalah pertolongan Allah swt dengan sabar dan shalat (QS. Al-Baqarah:45)

            Aku bingung sekali harus berbuat apa. satu-satunya yang bisa kulakukan hanyalah bergantung kepada Allah swt. Dan ternyata memang Allah swt memiliki cara-cara luar biasa untuk memberikan sesuatu kepada hamba-hamba-Nya. Di H-3 sebelum keberangkatan tersebut, pihak travel menelfonku, agar aku mempersiapkan saja keberangkatan. inshaaAllah kita akan bertemu di Istanbul. Begitu pungkasnya. Lalu di H-3 itu pula aku mendapatkan kabar yang begitu membahagiakan bahwa ada Hamba Allah yang melunasi 1500€ tersebut atau sekitar 22jt Rupiah. Detik itu juga aku langsung sujud syukur. Sujud syukur untuk sekedar berbicara kepada Allah swt bahwa Allah itu baik banget banget banget. Sesuatu yang terkesan gak mungkin ternyata begitu mudah bagi Allah swt. Semacam mungkin gak mungkin, percaya gak percaya, tapi beneran ada hamba Allah yang membayarkan sisa uang tersebut. and FYI beliau bukanlah pihak travel tersebut kok. bukan pisanlah pokoknya.
            Singkat cerita, akhirnya aku mengetahui dan bertemu dengan hamba Allah tersebut ketika di Tanah Suci. MashaaAllah Alhamdulillah luar biasa memang skenario yang Allah swt berikan. Semua rezeki datangnya dari Allah, manusia hanyalah salah satu dari perantaranya. Maka teruslah berusaha untuk berbagi kepada sesama. :’’

"...Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menunjukkan kepadanya jalan keluar baginya. Dan diberikanNya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya...."
(QS. At-Talaq: 2-3)

The last but not least, semoga Allah swt memberikan sebaik-baiknya balasan kepada hamba Allah tersebut baik di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin aamiin yaa Rabbal ’alamiin

Sedekah dibawa tanpa harta benda
Senyum sapa disebar rupa bahagia
Keyakinan itu kunci segala
Berharap pada Allah tak kan pernah kecewa

liebe Grüße,

@rizkachab

Mittwoch, 5. August 2015

RESOLUSI UMROH YANG MENJADI NYATA


Ibnu Umar berkata, "Tiada seorang pun melainkan atas dirinya ada kewajiban mengerjakan haji dan umrah."*

            Banyak diantara kita yang tentu ingin sekali menjelajahi dunia. ke Turki, Amerika, Korea, Jepang, liburan ke tanah air untuk keliling Indonesia, sampe tujuan terfamous yaitu keliling Eropa. Semua destinasi liburan itu tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Saya pribadi pun pernah berfikir untuk merencanakan liburan ketika di Jerman. Walaupun biayanya belum ada, tapi apa salahnya bermimpi dan membuat rencana. Bukankah Allah swt maha mengetahui segala isi hati dan maha segalanya??? Maka bermimpilah, biarkan Allah swt yang memeluk mimpi dan rencana-rencana kita. Tujuan liburan pun dibuat. bukan keliling Eropa yang saya utamakan namun keliling Kakbah-lah yang begitu saya inginkan.
            Berawal dari Akhir 2012 lalu, kota Berlin kedatangan seorang Master coach, senior trainer, hypnotherapist, NLP practitioner dari Indonesia. Beliau adalah bapak Wasmin Al Risyad. Acara yang di motori oleh IWKZ fortbildung ini bertajuk Hypnotic Goal Setting.
Pada acara tersebut setiap peserta pun dimintai untuk menuliskan target yang ingin dicapai pada 31 Desember 2013 nanti. Sebelum menulis beliau mengingatkan agar jangan lupa menuliskan bismillah. Karena antara keberanian, kepercayaan diri dan keimanan terkadang sering bertolak belakang. Maka jadikan basmallah sebagai jembatannya. Impossible is nothing! Karena bagi Allah swt tidak ada yang tidak mungkin.
Singkat cerita saya pun membuat lima target besar. Salah satu targetnya adalah telah melaksanakan umroh bersama kedua orangtua. Maka target pun ditulis, dibacakan, kemudian didoakan pada acara malam akhir tahun 2012 tersebut.
            Ketika acara tersebut saya duduk bersebelahan dengan salah seorang sahabat saya yang tinggal di kota Berlin. Kami pun mengawali bismillah dan menulis target masing-masing. Dari ke lima target yang ingin saya capai di akhir tahun 2013 nanti, ada satu target yang kami tulis secara janjian. Target itu adalah ODOA (One Day One Ayat) menghafal Al-qur’an mulai dari surat Al-baqarah.
            ODOA adalah metode menghafal Al-Qur’an yang dipopulerkan oleh ust. Yusuf Mansur. Bermodalkan dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar inshaaAllah siapapun bisa menghafalkan Al-Qur’an. Ibu rumah tangga, Insinyur, PNS, Dokter, Supir Angkot, Tukang Ojek, Pelajar, Mahasiswa, semua jenis pekerjaan dapat menjadi penghafal Al-Qur’an. Kunci utama dari metode ini cuma satu,  yaitu ISTIQOMAH. Walaupun hanya satu ayat yang dihafal, namun apabila berkelanjutan inshaaAllah sekitar 20 sampai 25 tahun lagi dapat membekas dalam ingatan. Maka teruslah berdekatan dengan Al-qur’an karna disanalah terletak sumber yang hakiki dari kebahagiaan. Semoga kita dapat menjadi keluarga Allah swt di bumi hamparan.

“Lakukanlah amal sesuai kesanggupan. Karena sesungguhnya Allah tidak akan bosan sehingga engkau menjadi bosan. Dan sesungguhnya amal yang paling Allah sukai ialah yang terus-menerus dikerjakan walaupun sedikit.” (H.R. Abu Dawud 1161)
           
            Setelah malam tahun baru berganti, tahun 2013 pun diawali. Setiap orang kembali dengan rutinitasnya masing-masing. Begitupun dengan saya, kembali menjalani hari seperti biasa sebagai mahasiswa perantau di negri Hitler sana. Tak lupa pula dengan kelima target yang masi membayangi kepala.
            Tahun 2013 pun terus berlalu, tak terasa sudah berada di perempatan  tahun 2013. Aku  pun mendapat kabar bahwa sahabatku yang tinggal di Berlin akan melaksanakan ibadah umroh bulan Maret. Saat mendengar kabar itu tentu bahagia, deg-degan sekaligus rasa iri pun turut hadir dalam hati pribadi. Bahagia karna turut senang akan perjalanan ibadah sahabatku ini. Deg degan karna teringat kembali bahwa pernah memproklamirkan diri telah melaksanakan umroh tahun 2013. Sekaligus iri karna sahabatku padahal tak pernah menulis resolusi ingin umroh akhir tahun 2012 kemarin. Namun Allah swt memberikan rizki yang lain kepadanya. Dan ini berarti adalah umroh yang kedua kali baginya. subhanAllah.
            Rasa iri yang kurasakan langsung kupanjatkan kepada Allah, berdoa agar diperkenankan menuju Kakbah, dan tak lupa pula kutitipkan doa kepada sahabatku sebagaimana Rasulullah saw pernah menitipkan doa kepada Umar ra.
Umar meminta izin kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam untuk menunaikan umrah, maka Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata, “Wahai saudaraku, sertakanlah kami dalam doa-doamu dan jangan lupakan kami.” (H.R. Ahmad dan Tirmizi)

            Betapa indahnya persaudaraan dalam islam. Saling mendoakan dalam kebaikan, saling menguatkan dalam perjuangan, dan inshaaAllah saling membantu ketika hari perhitungan.
Nah sepulangnya sahabatku dari umroh, dia bercerita tentang pengalamannya. Dan yang menarik perhatianku adalah ketika dia menceritakan mengapa secara dadakan dia berangkat umroh.
"iya cha jadi kan aku gak ada niatan memang awalnya, waktu aku udah hafal Al-baqarah sampe ayat puluhan gitu, aku doa sama Allah..'ya Allah klo aku dihadiahin umroh untuk hafalan ini boleh kali yaa'.. padahal kaya dialog biasa aja cha, sepintas kepikiran gitu. eh terusannya cha waktu lagi telfonan sama orgtua gitu, tiba tiba orgtua diindo ngajakin umroh. coba aja cha minta sama Allah, doa semoga diundang juga".
            Subhanallah mungkin amalan rutin tersebut yang menjadi wasilah berangkatnya sahabatku ke tanah suci. Berbekal nasihat dan cerita dari sahabat, semangat pun kembali muncul bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Ini bukanlah soal biaya semata, namun niat dan tekad yang kuat agar Allah mengizinkan kesana. Bukankah Allah swt beserta prasangka hamba-Nya?.
            Setelah niat dan tekad, tentu harus ada usaha yang dilakukan. Maka usaha pertama yang dilakukan adalah menelfon orangtua di Indonesia. Negosiasi untuk mengajak mereka umroh bersama pun diutarakan.  Namun orangtua menolak kala itu, dikarnakan beberapa  hal yang mengakibatkan orangtua harus memilih prioritas yang lain. Walau orangtua menolak umroh bersama. Saya tetap berdoa dan berikhtiar sebisa yang dilakukan.
            Pertengahan tahun tiba, libur musim panas pun perlahan menyapa. Beberapa temanku memutuskan berlibur ke Indonesia. Sedangkan aku harus stand by di negara jantung Eropa. Karna apa??? karna uang di Deutsch Bank menipis dan hampir tidak ada. Jadi kuputuskan libur musim panas kali ini full untuk bekerja. Namanya juga mahasiswa, yang penting orangtua ridho dengan ini semua.
            Ekspedisi mulia pun mulai dilakukan. Aku yang tinggal di kota Halle kawasan Jerman Timur siap meluncur menuju kota Aachen di kawasan Jerman Barat untuk mengisi liburan dengan bekerja. Susah susah gampang dapet kerja disana. Tapi tetap kulakukan semua karna Allah dan kuikhtiarkan agar dapat umroh tahun 2013.
Banyak tantangan yang kutemukan ketika kerja di Aachen. Mulai dari mencari tempat tinggal, mencari kerja, sampai mencari lingkungan yang dapat membantu untuk mengecas keimanan. Alhamdulillah lingkungan yang kucari itu ditemukan. Dan hal sulit pun terasa mudah dilakukan.
Aku mendapat kerja di salah satu pabrik coklat kota Aachen. Shift pagi, siang, malam, ketiganya pernah kujalankan. Masing-masing 8 Jam perhari. Dan sekitar sebulan setengah jadwal kerjaku disana. Alhamdulillah sekitar 1900€ yang kudapatkan. Dan biaya umrohku waktu itu sekitar 1199€ . kalau dulu 1 euro sekitar 13.000 rupiah, kalau sekarang mah 1 euro udah hampir 15.000 rupiah. Apabila dikalkulasikan maka berangkat umroh dari Jerman memang jauh lebih murah jika dibandingkan berangkat dari Indonesia.
            Aku sangat merasakan tidak mudah bekerja di negara orang. Apalagi yang diandalkan adalah fisik bukan otak ataupun keterampilan. Maka terkadang sikap yang tidak berkenan sering kali muncul dari atasan. Mulai dari jilbab yang dipermasalahkan, pekerjaan yang terkadang diremehkan, waktu solat yang dipertaruhkan sampai masalah jam istirahat yang berantakan. Sudah semestinya prinsip aqidah dan akhlak kita sebagai seorang muslim tetap dikedepankan. Karna itu kunci dalam melakukan berbagai tindakan. Jangan sampai dunia diutamakan, namun perintah Allah justru dikesampingkan.
Sebulan setengah perlahan berlalu. Selama bekerja disana aku tak pernah lupa menelfon kedua orangtua di Indonesia. Pembicaraan paling menarik via telfon kala itu adalah ketika kedua orangtuaku berubah fikiran untuk berangkat umroh bersama. Subhanallah walhamdulillah. Memang Allah swt lah sang maha pembolak balik hati.

Mama: icha jadi mau umroh tahun ini?
Diriku: jadi ma.. mau banget inshaaAllah!!! *excited tetep
Mama: mama, papa, nenek, buma (tanteku) dan keluarga juga mau umroh tahun ini.. nanti kita janjian aja yaa nak disana
Diriku: kok tiba-tiba mau berangkat ma? Rombongan lagi? Kok bisa?
Mama: mama kepikiran kata kata icha kemarin.. memang rezeki kann dari Allah. Masa buat ibadah banyak mikir. inshaaAllah nanti diganti sama Allah rizki yang lebih baik.

            MashaaAllah, subhanallah, walhamdulillah, walaailaahaillallah, wallahuakbar pokoknya. Itu penggalan inti telfonan sama mama. Sempet juga mama nawarin bayarin umrohku dari Jerman. Tapi aku tolak dengan sebaik mungkin. Karna bagiku keberadaan mereka ketika umroh jauh lebih berharga dari apapun. Dan memang udah niatan gak mau ngerepotin dan dibayarin orangtua. Itulah skenario Allah. Sangat luar biasa. Pembicaraan telfon itu pun dengan suksesnya telah berhasil membuat semangat kerjaku muncul berkali kali lipat.
         Itulah resolusi umroh yang kutulis, kuproklamirkan dan didoakan seisi masjid Al-Falah Berlin pada akhir tahun 2012. Dan Alhamdulillah penghujung tahun 2013 aku telah menunaikannya dan sekaligus merasakan pergantian tahun masehi disana. Kalau bukan karna campur tangan Allah tak mungkin aku dan kedua orangtuaku sampai ke rumah-Nya.
The last but not least, sebelum keliling dunia atau keliling eropa, ada baiknya uang tersebut digunakan untuk keliling kakbah terlebih dahulu, worth it sekali. Umur gak ada yang tau, dari sekarang mulai diniatkan, doakan, semoga Allah swt memudahkan semua yang direncanakan. Semoga yang belum umroh atau haji bisa disegerakan, dan yang sudah pernah semoga bisa kembali diberi kesempatan.. Aamiin ya Rabb :’’
Semoga pengalaman ini ada ibroh yang dapat diambil. Intinya jangan putus doa dan berusahalah melakukan amalan terbaik untuk Allah yang bisa kita lakukan. niatkan semua karna-Nya. finansial mah urusan kecil kalau Allah swt berkehendak. Jika Allah swt yang mengundang, maka Allah lah yang memampukan. So, don't worry manteman! :’)

Berjalan di bumi Allah dengan kerudung,
Melihat awan dilangit yang mendung,
Madinah dan mekkah dirindukan tak terbendung,
Semoga Allah izinkan kembali berkunjung.

Liebe Grüße,

@rizkachab

*Di-maushul-kan oleh Ibnu Khuzaimah dan Daruquthni (hlm. 282), al-Hakim (1/471), dan al-Baihaqi (4/351) dengan lafal, "Tiada seorang pun dari makhluk Allah melainkan haji dan umrah menjadi dua kewajiban atas dirinya (yaitu bagi orang yang mampu pergi ke sana). Barangsiapa yang menambah lagi sesudah itu, maka tambahan itu bagus dan tathawwu' (sunnah)." Al-Hakim berkata, "Sahih menurut syarat Syaikhaini", dan disetujui oleh adz-Dzahabi. Kedudukannya memang seperti apa yang mereka katakan. Akan tetapi, al-Hafizh tidak memberi komentar apa-apa dalam al-Fath. Al-Baihaqi juga meriwayatkan darinya dengan sanad sahih, katanya, "Haji dan umrah itu adalah dua buah kewajiban." Diriwayatkan secara marfu dari Ibnu Abbas dan lainnya tetapi riwayat marfu ini tidak sah sebagaimana dijelaskan dalam Al-Ahaditsudh Dha'ifah 'Silsilah hadits Dha'if' (nomor 200 dan 3520).

Subhanallah sempet-sempetnya nih ada yang solat
-Tegel Airport Berlin-

Masjid Quba yang pertama kali didirikan Rasulullah
-Madinah-

Mama sama nenek di halaman masjid Nabawi
-Madinah-

-Jabal Rahmah, Padang Arafah-

-Langit yang selalu indah di Masjid Nabawi-


-Masjidil Haram, Mekkah-

-After tawaf wada-
inshaaAllah see you again Kakbah :''